Back to top

Hot Info

Pengguna Facebook banyak tidak sadar kena "Hack", begini cara mengeceknya

Hot Info

Lacak Keberadaan Smartphone Android dari Perangkat Lain

Web Development

Perbedaan Web Developer, Web Design dan Webmaster

IT & Technology

Review Ultrabook Asus Zenbook Prime UX31A

IT & Technology

Rendahnya gaji tenaga kerja IT di Indonesia

Lifestyle

Jalan-jalan ala Backpacker

Menelusuri Jejak E30, BMW Seri 3 yang Ngetop Karena Film "Catatan Si Boy"




Bagi Anda yang pernah melewati era tahun 80-an, Anda mungkin pernah merasakan zaman di mana  E30 BMW Seri 3 begitu digandrungi. Di Indonesia, fenomena demam otomotif buatan Jerman tersebut terjadi bukan tanpa alasan. Generasi yang pernah tumbuh dan besar di tahun 80-an pastinya tahu dengan film Catatan Si Boy yang sempat hits di masanya.

Berkisah tentang anak orang kaya, Boy yang dibintangi oleh Onky Alexander kerap berkendara dengan mobil kesayangannya yang berasal dari tipe ini. Sejak saat itu, E30 BMW Seri 3 tersebut bak sebuah identitas baru bagi anak muda gedongan terutama di kota-kota besar. Pesonanya saat melewati jalanan mampu menyita perhatian banyak orang yang begitu mengidamkannya.

Terlepas dari film yang membesarkan namanya di Indonesia, E30 BMW Seri 3 boleh dibilang sebagai salah satu sedan paling sukses yang pernah diluncurkan oleh produsen asal Negeri Bavarian tersebut. Kemunculannya bahkan disebut-sebut sebagai pesaing dari Mercedes Benz 190E atau yang akrab dikenal dengan “Baby Benz”. Diproduksi pada tahun 1982 hingga 1984, sedan kelas entry-level ini begitu meledak di pasaran dengan penjualan lebih dari 2,3 juta unit di seluruh dunia.

Pada awal kemunculannya mobil ini memiliki wujud bodi yang berbeda-beda. Sebelumnya, model dua pintu (coupe) merupakan wujud dari bodi pertamanya. Model coupe disadur karena E30 BMW Seri 3 pada mulanya memang dimaksudkan sebagai penerus dari E21 yang diproduksi pada tahun 1975 hingga 1983.

Selang satu tahun kemudian, BMW mulai memperkenalkan jenis sedan dengan empat pintu. Setelahnya, E30 muncul dengan versi atap yang bisa dilipat atau convertible pada tahun 1985. Menyusul versi estate (touring) pada tahun 1987 yang khas karena bagian ekor atapnya terlihat menyatu dengan bagasi.

Pada tahun 1987, BMW mengeluarkan sentuhan pembaharuan jenis ini melaui Major Facelift E30. Penyegaran ini membuatnya disebut sebagai Seri 2. Tak terlalu berbeda dengan model sebelumnya, meski begitu beberapa bagian terlihat mengalami perubahan. Salah satunya adalah mesin M10 4-silinder yang diganti menjadi M40. Penipisan pada bumper depan, serta peniadaan aksen chrome membuatnya memiliki eksterior yang tampak anyar.

Selain itu, Major Facelift E30 BMW Seri 3 sudah menganut model proyektor pada bagian lampu utamanya sehingga membuat pantulan cahaya dari lampu bohlam dapat menyorot dengan lebih fokus. Terdapat pula fitur fog lamp untuk membantu pengendara menyusuri jalanan berkabut. Fog lamp tidak hanya sebatas berfungsi sebagai penerang kabut saja, tetapi juga dapat menambah ketajaman visibilitas bila dipakai berkendara malam hari.

Mengulas kembali keterkaitannya dengan film Catatan si Boy. Euforianya boleh dibilang hampir bersamaan saat mobil tersebut masuk ke Indonesia. Mempergunakan BMW 318i E30 hijau miliknya, Boy kerap memperagakan sejumlah adegan aksi maneuver seperti menukik.

Tak bisa dipungkiri, melalui peran film inilah penjualannya begitu meroket di Indonesia. Tak hanya itu, sedan ini juga berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai kendaraan yang memiliki kemampun khusus sport.

Performanya yang mengesankan tidaklah mengherankan mengingat mobil rancangan Claus Luthe ini memang diciptakan dengan konsep ultimate driving machine. Kalimat tersebut mengacu pada mesinnya yang memang dibuat sedemikian rupa agar begitu bertenaga saat dipacu. Akrab dikenal sebagai M40, hingga saat ini keberadaannya masih menggoda banyak orang untuk meminangnya.

Dengan kapasitas mesin 1.800 cc, mesin 4 silinder dan 8 katup, M40 memang dikenal memiliki mesin yang sangat bandel di zamannya. Kendaraan roda empat ini mampu melaju dengan tenaga maksimal 150Hp @5.800 RPM dan torsi 145 Nm @4,500 RPM. Mobil ini bahkan dilengkapi dengan bahan bakar jenis injeksi yang membuatnya lebih irit.

Tampilannya juga terbilang sangat sporty jika dilihat dari dimensinya yang cocok untuk melesat di jalanan. Mobil ini juga khas dengan 4 buah mata lampu dan grille khas BMW pada bagian depannya.

Saking tinggi peminatnya, untuk mendapatkan mobil ini dalam kondisi bagus bukanlah perkara mudah. Bukan hanya orang biasa yang sulit mendapatkannya, bahkan sekelas rumah produksi juga sulit untuk mendapatkannya. Pada tahun 2011 lalu, nostalgia Catatan si Boy kembali dibangkitkan dengan judul Catatan (Harian) si Boy. Demi memenuhi tuntutan kesempurnaan jalan cerita, pihak produksi mengupayakan berbagai cara untuk menemukan mobil legendaris tersebut.

Namun disebabkan sulit untuk menemukannya dalam kondisi prima, tercetus ide untuk mengakalinya dengan modifikasi tumpang tindih. Hal tersebut dilakukan dengan menggabungkan beberapa bagian dari tiga jenis BMW 318i, sehingga lahirlah mobil baru yang sangat mirip dengan milik Boy di tahun 1987.

Namun dibalik kelebihannya, E30 BMW Seri 3 ini juga memiliki sejumlah kekurangan, seperti rendahnya ground clearance sehingga rawan berbenturan saat menemui jalan berlubang. Akan tetapi, kekurangan tersebut tidaklah fatal karena masih dapat disiasati dengan sejumlah pembenahan di beberapa bagian. Selain itu, ukuran kabin yang kurang leluasa adalah salah satu hal yang paling disayangkan oleh para peminat mobil ini.

Tak hanya Catatan si Boy, jejak kesuksesan BMW E30 bahkan bisa terlihat dari film-film yang diproduksi sudahannya, seperti film Cradle of Fear (2001), Acid Factory (2009), dan Death Hunter (2010). Andre Taulany merupakan salah satu ARTIS Tanah Air yang pernah ikut memburu mobil ini sebagai koleksi.

Sumber Artikel: mobilretroklasik.com