Back to top

Hot Info

Pengguna Facebook banyak tidak sadar kena "Hack", begini cara mengeceknya

Hot Info

Lacak Keberadaan Smartphone Android dari Perangkat Lain

Web Development

Perbedaan Web Developer, Web Design dan Webmaster

IT & Technology

Review Ultrabook Asus Zenbook Prime UX31A

IT & Technology

Rendahnya gaji tenaga kerja IT di Indonesia

Lifestyle

Jalan-jalan ala Backpacker

Berapa Biaya untuk Membuat Website di Tahun 2024?



Jika Anda ingin tahu berapa biaya yang diperlukan untuk membuat website, maka jawabannya adalah tergantung.

Anda bisa mengeluarkan uang ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah per tahunnya, tergantung dari kebutuhan dan metode pembuatan website tersebut.

Artikel ini akan memberikan kisaran harga yang dapat menjadi acuan sederhana.

#1 Biaya membuat website secara mandiri

Berapa biaya yang perlu dikeluarkan jika ingin membuat website sendiri (tanpa menggunakan jasa vendor)?

Asumsi website yang ingin dibuat masih tergolong standar (bukan aplikasi rumit), Anda dapat mengeluarkan biaya di kisaran Rp.500.000 – Rp.10.000.000 / tahun

Untuk membuat website, Anda membutuhkan:

Domain. Kisaran biaya Rp.24.000 – Rp.800.000

Hosting. Kisaran biaya Rp.250.000 – Rp.6.000.000

Plugin dan theme premium, jika menggunakan WordPress dan sifatnya opsional. Kisaran biaya Rp.300.000 – Rp.1.500.000.

Jika Anda membuat website dengan menggunakan platform website builder, seperti Wix atau Shopify, maka Anda perlu membayar biaya subscription dari platform tersebut.

Membuat website secara mandiri artinya si pembuat harus memiliki berbagai skill yang mumpuni, misalnya: coding, konfigurasi domain dan hosting, desain, konsep, planning, dsb.

Biaya di atas tidak memperhitungkan waktu dan effort untuk proses pembuatan website. Jika Anda merasa waktu adalah uang, maka biaya yang perlu dikeluarkan akan jauh melebihi angka di atas.

#2 Biaya membuat website dengan memakai jasa vendor

Jika Anda merasa:

- Tidak punya skill yang cukup untuk membuat website,

- Tidak punya waktu,

- Tidak mau ribet dan pusing,

Maka, sebaiknya Anda menggunakan jasa vendor.

Berapa biaya yang perlu dikeluarkan jika ingin membuat website memakai jasa vendor?

Sebagai estimasi kasar, Anda dapat mengeluarkan biaya di kisaran Rp.5.000.000 – Rp.250.000.000 / tahun

Kok rentang harganya semakin jauh?

Karena jika menggunakan jasa vendor, waktu dan effort pengerjaan akan memengaruhi biaya pembuatan, misalnya:

Kompleksitas. Apakah kebutuhan website berupa landing page, company profile statis, ecommerce, atau custom app?

Jumlah halaman dan konten. Berapa banyak halaman yang perlu didesain?

Spesifikasi dan requirement. Apa saja fitur yang diperlukan? Tools apa yang digunakan untuk merancang website? Apa jenis hosting yang dipakai?

Selain itu, setiap vendor juga memasang tarif yang berbeda-beda, tergantung dari: pengalaman, expertise, biaya operasional, dsb. Hal ini dibahas lebih lanjut pada artikel Mengapa Setiap Vendor Website Harganya Berbeda-beda?

Untuk mudahnya, apabila Anda ingin tahu berapa biaya yang dibutuhkan secara akurat, sebaiknya Anda segera mencari jasa pembuatan website, menghubunginya, kemudian berkonsultasi, dan meminta estimasi harga.

Penutup

Harap diingat, semua kisaran biaya yang tertera di artikel ini tidak bersifat baku, melainkan lebih berupa estimasi biaya pada umumnya. Tidak perlu bingung jika menemukan domain, hosting, atau jasa vendor dengan harga yang lebih murah atau mahal dari informasi yang tertera.

Bagaimana menurut Anda mengenai harga pembuatan website? Apakah murah, mahal, atau wajar?

Silakan bagikan pendapat Anda pada kolom komentar.

Sumber Artikel: https://imajiner.id/blog/berapa-biaya-membuat-website/


Perbedaan Digital Marketing dan Digital Selling.


 

Dalam era digital seperti saat ini, pemasaran dan penjualan secara online menjadi sangat penting bagi bisnis.

Namun, terdapat perbedaan yang signifikan antara digital marketing dan digital selling. Dalam artikel ini, kita akan membahas perbedaan mendasar antara kedua konsep tersebut dan bagaimana menerapkannya dalam bisnis kamu.

Digital marketing melibatkan berbagai strategi untuk mempromosikan produk atau layanan kamu melalui internet, termasuk iklan online, media sosial, email marketing, dan SEO.

Sedangkan digital selling berfokus pada mengubah prospek menjadi pembeli melalui pemanfaatan teknologi, seperti chatbot, e-commerce, dan platform penjualan online.

Dengan memahami perbedaan antara digital marketing dan digital selling, kamu dapat mengembangkan strategi pemasaran yang tepat untuk bisnis kamu dan meningkatkan konversi penjualan secara signifikan.

Perbedaan dari Segi Pengertian atau Definisi

Digital Marketing

Digital marketing adalah suatu usaha pemasaran secara online dengan menggunakan berbagai aset digital, misalkan situs web, video, gambar, konten tertulis, maupun media sosial.

Digital marketing juga memiliki strategi khusus yang digunakan untuk mendorong engagement dengan konsumen, contohnya iklan pay per click, SEO, iklan media social berbayar dan lainnya. 

Digital Selling

Sedangkan digital selling bekerja untuk mengubah audiens menjadi pembeli. Tools-tools yang sering digunakan untuk digital selling yaitu CRM, platform manajemen konten, platform penghasil prospek (lead-generation), platform media sosial, dan berbagai macam metode komunikasi lainnya. 

Perbedaan dari Segi Aktor Penggunanya

Digital marketing biasanya dirumuskan oleh petinggi pengambilan keputusan pemasaran atau perusahaan.

Sedangkan digital selling ini umumnya ditetapkan oleh pengambil keputusan di bidang penjualan perusahaan.

Perbedaan dari Segi Customer Journey

Digital Marketing ini hanya fokus pada promosi dan brand awareness. Digital marketing adalah bagian yang lebih besar dan merupakan awal dari proses customer journey.

Sementara itu, digital selling difokuskan pada aktivitas penjualan produk atau jasa kamu, dimana digital selling ini menjadi bagian akhir dari customer journey. 

Perbedaan dari Segi Jangka Waktu

Digital marketing umumnya memiliki jangka waktu yang panjang dan berkelanjutan dan perubahan strateginya harus di cek secara berkala.

Sedangkan digital selling berbeda dengan digital marketing karena mempunyai jangka waktu yang lebih pendek, didasarkan oleh perolehan performa penjualan dalam waktu tertentu. 

Perbedaan dari Segi Tools yang Digunakan 

Digital Marketing 

Berikut adalah beberapa macam tools yang sering digunakan dalam digital marketing:

1. Alat manajemen media sosial: Alat ini memungkinkan bisnis untuk mengelola akun media sosial mereka, membuat konten, dan menganalisis performa kampanye media sosial mereka. Contoh alat manajemen media sosial termasuk Hootsuite, Buffer, Sprout Social, dan HubSpot.

2. Alat analisis web: Alat analisis web, seperti Google Analytics, memungkinkan bisnis untuk melacak kinerja situs web mereka, mengukur lalu lintas situs web, menganalisis perilaku pengguna, dan mengoptimalkan kampanye pemasaran digital mereka.

3. Alat pengiriman email: Alat ini membantu bisnis untuk mengirim email marketing, memantau tingkat buka dan klik, dan menganalisis performa kampanye email. Contoh alat pengiriman email termasuk MailChimp, Constant Contact, dan Campaign Monitor.

4. Alat pengoptimalan mesin pencari (SEO): Alat ini membantu bisnis untuk meningkatkan peringkat situs web mereka di mesin pencari dengan melakukan optimasi konten dan memantau performa kata kunci. Contoh alat SEO termasuk SEMrush, Ahrefs, dan Moz.

5. Alat iklan digital: Alat iklan digital, seperti Google Ads dan Facebook Ads, memungkinkan bisnis untuk membuat iklan online dan mengukur performa kampanye iklan mereka.

6. Alat konten marketing: Alat konten marketing, seperti Canva dan Adobe Creative Suite, membantu bisnis untuk membuat konten visual yang menarik dan profesional untuk kampanye pemasaran digital mereka.

7. Alat pengelolaan proyek: Alat pengelolaan proyek, seperti Asana dan Trello, membantu bisnis untuk mengelola proyek pemasaran digital mereka, mengatur tugas dan jadwal, serta melacak kemajuan proyek.

Digital Seller

Berikut adalah beberapa macam tools yang sering digunakan dalam digital selling:

1. Platform e-commerce: Platform e-commerce, seperti Shopify, WooCommerce, dan Magento, memungkinkan bisnis untuk membuat dan mengelola toko online mereka, mengatur pembayaran dan pengiriman, dan memantau performa penjualan.

2. Alat manajemen inventaris: Alat manajemen inventaris, seperti Zoho Inventory, Odoo, dan TradeGecko, membantu bisnis untuk mengelola persediaan mereka, mengelola pemesanan, dan memantau stok produk.

3. Alat analisis penjualan: Alat analisis penjualan, seperti Google Analytics, memungkinkan bisnis untuk memantau performa penjualan mereka, menganalisis data penjualan, dan mengoptimalkan kampanye penjualan.

4. Alat pemasaran email: Alat pemasaran email, seperti MailChimp, memungkinkan bisnis untuk mengirim email promosi, memantau performa kampanye email, dan menganalisis data pelanggan.

5. Alat pengiriman: Alat pengiriman, seperti ShipStation dan Shippo, membantu bisnis untuk mengelola pengiriman produk mereka, membuat label pengiriman, dan melacak status pengiriman.

6. Alat manajemen pelanggan: Alat manajemen pelanggan, seperti Salesforce dan HubSpot, membantu bisnis untuk mengelola informasi pelanggan, mengelola hubungan pelanggan, dan meningkatkan retensi pelanggan.

7. Alat manajemen pesanan: Alat manajemen pesanan, seperti Orderhive dan Skubana, membantu bisnis untuk mengelola pesanan dari berbagai platform penjualan online, seperti Amazon, eBay, dan Walmart.

8. Alat manajemen harga: Alat manajemen harga, seperti PriceSpy dan SellerActive, membantu bisnis untuk memantau harga pesaing mereka, mengatur harga produk mereka, dan meningkatkan keuntungan penjualan.

Kesimpulan

Dalam era digital yang semakin berkembang, penting bagi bisnis untuk memahami perbedaan antara digital marketing dan digital selling.

Digital marketing bertujuan untuk membangun merek dan menarik pelanggan, sedangkan digital selling bertujuan untuk menjual produk atau layanan secara online.

Untuk mencapai tujuan mereka, baik digital marketing maupun digital selling menggunakan berbagai alat dan strategi yang berbeda, seperti alat media sosial, analisis web, pengiriman email, dan alat manajemen inventaris.

Namun, walaupun memiliki perbedaan, digital marketing dan digital selling saling terkait dan saling mempengaruhi.

Digital marketing dapat membantu meningkatkan kesadaran merek dan menarik pelanggan baru, sementara digital selling dapat membantu mengubah pelanggan menjadi pembeli dan meningkatkan penjualan secara keseluruhan.

Dalam kesimpulannya, sebagai bisnis yang ingin sukses di era digital ini, penting untuk memahami perbedaan antara digital marketing dan digital selling dan menggunakan keduanya secara efektif untuk mencapai tujuan bisnis kamu.

 

Sumber Artikel: Kasirpintar.co.id



Kenapa banyak orang sulit mendapatkan pekerjaan di Indonesia?


Pertama, orang Indonesia ugal-ugalan di dunia maya.

Don't just take my word for it. Hal ini juga dibuktikan oleh Microsoft bahwa warganet Indonesia itu primitif dan biadab.
 

Mengapa orang Indonesia bisa sangat primitif di dunia maya?

Karena orang Indonesia terlalu lama menghabiskan waktu mereka di dunia maya (terminally online), sehingga mereka merasa bebas untuk melakukan sesuatu tanpa ada konsekuensi, tidak seperti di dunia nyata, dimana orang yang lebih sering menghabiskan waktu di dunia nyata cenderung lebih arif dan santun dalam ucapan maupun tindakan, karena ada saja konsekuensi dari setiap ucapan atau perbuatan yang dilakukan di dunia nyata.

 

Contoh perilaku primitif?

Pertama, kecurangan intelektual (berkelit, logika sesat/fallacy, debat kusir, menghujat, subyektif tapi mengaku obyektif, dan pernyataan semacam "sudahlah, jangan dibahas lagi" atau "bang jago" atau "sepakat untuk tidak sepakat" alias mengakhiri diskusi saat masalahnya belum selesai)

Kedua, perilaku main hakim sendiri yang dibawa ke dunia maya (doxxing dan cancel culture)

Ketiga, spamming (baca: bawel di dunia maya), misal: posting dengan jarak waktu yang sangat singkat (apalagi posting story sampai titik-titik kecil), melakukan tagging dan mention secara serampangan, posting yang tidak penting

Keempat, norak: untuk apa posting story suhu ambient di negara sub-tropis saat musim dingin? Untuk apa posting kamu sedang dugem atau sedang minum alkohol? Untuk apa foto-foto di restoran fine dining? Apa pula maksudnya "Anak Didikan Mama, Hasil Goyangan Papa", atau display name yang terlalu norak?

Oke, kalian punya SKCK, bukan seorang pecandu, dan kalian meninggalkan kesan yang bagus saat wawancara. Tapi HRD dan user tidak bisa kalian bohongi, mereka bisa mencari namamu di Google lalu mereka akan melihat laman blog dan media so-SIAL mu.

Oh, kalian punya SKCK, meninggalkan kesan bagus saat wawancara, kalian cenderung biasa saja dan tidak membuat onar di dunia maya, serta kalian bukan seorang pecandu, apakah cukup? Tidak.

Zaman sekarang, kekerasan seksual bukanlah hal yang bisa dimaklumi lagi, oleh karena itu, HRD dan user juga memiliki no-recruit list, yaitu daftar orang yang harus dipecat dari pekerjaan dan harus dicekal oleh perusahaan baru saat mencari pekerjaan, dikarenakan karyawan/calon karyawan terjerat kasus kekerasan seksual. Yang kemudian menjadi poin kedua:

Orang Indonesia tidak bisa mengendalikan selangkangan mereka.


 

Ya, alih-alih mengendalikan berahi, orang Indonesia cenderung dikendalikan oleh berahi. Makanya jangan heran kalau ada atasan yang menjadikan sekretaris atau karyawannya sebagai selingkuhan (baca: menyalahgunakan kekuasaan untuk seks), candaan cabul di tempat kerja (atau di grup WA kantor), catcalling, male gaze, dan lain sebagainya. 

Maka dari itu, dibuatlah semacam daftar cekal untuk para penjahat kelamin, dan untuk mengisinya pun tidak bisa sembarang isi, harus ada bukti obyektif alih-alih karena ketidaksukaan pribadi. Jadi kalau dirimu masih sulit dapat kerja meskipun punya banyak koneksi, CV bagus, dan pertimbangan lain yang membuat HRD dan user harusnya menerima kamu, tanyakan dirimu: pernah kirim chat mesum nggak? Pernah menggoda orang yang sedang lewat nggak? Sampai-sampai ada korban yang berani memasukkan kamu ke dalam daftar cekal.

Jadi, kesimpulannya adalah: orang Indonesia sulit dapat kerja karena rekam jejaknya yang sudah busuk dari awal, perusahaan tidak mau ada karyawan yang menjadi noda hitam bagi reputasi perusahaan.

Sumber: https://id.quora.com/